Postingan

Sinar yang Tak Tersentuh

Aku selalu merasa seperti sebuah bayangan dalam hidupmu. Ada begitu banyak bintang yang mengelilingi dirimu—begitu terang, begitu mencolok, sementara aku hanya seberkas cahaya yang hampir tak terlihat. Kamu hidup dalam dunia yang penuh warna, sedangkan aku hanya berada di sudut gelap, diam, menatapmu dari jauh. Aku tidak pernah cukup berani untuk mengungkapkan perasaanku. Aku tahu, aku tak punya kuasa untuk menjadi salah satu bintang yang bersinar terang dalam hidupmu. Aku hanya ada di sana, sebagai sedikit cahaya yang tak pernah kamu lihat. Namun meskipun aku tak pernah bisa bersinar seperti mereka, kamu tetap menjadi sinar terang dalam hidupku. Dalam setiap langkah yang kutempuh, dalam setiap keputusan yang kuambil, aku selalu merasa seolah-olah kamu adalah kompas yang tak pernah terlihat, tapi selalu ada di sana. Aku mencintaimu dengan cara yang berbeda—dengan cara yang tak bisa kujelaskan, dengan cara yang tak perlu kamu ketahui. Aku tahu kamu tak pernah melihatku dengan cara yang ...
 aku gagal menjagamu agar tetap bersamaku, tapi aku pastikan kamu akan abadi ditulisanku.

Cinta yang Menyebrangi Waktu

Ada sesuatu yang tak pernah bisa kumengerti tentang cinta ini. Rasanya seperti benang tak kasat mata yang mengikatku padanya, meskipun waktu dan ruang sering memisahkan kami. Aku bertemu dengannya di kehidupan ini, tanpa sengaja. Saat itu, dia hanya seseorang yang lewat begitu saja di tengah keramaian, tapi entah bagaimana, aku tahu dia berbeda. Caranya tersenyum, suaranya, bahkan kehadirannya—semuanya terasa akrab, seolah aku pernah bertemu dengannya sebelumnya. Cinta itu tumbuh begitu alami. Tanpa paksaan, tanpa rencana, hanya mengikuti alurnya sendiri. Dan ketika aku akhirnya jatuh cinta padanya, rasanya seperti kembali pulang ke tempat yang sudah lama kutinggalkan. Namun, hidup tidak selalu memihak pada cinta yang sederhana. Waktu dan keadaan memisahkan kami, membuat aku bertanya-tanya apakah takdir benar-benar menginginkan kami bersama. Tapi jauh di dalam hatiku, aku tahu satu hal: cinta ini tidak akan pernah berhenti. Mungkin aku tidak bisa bersamanya di kehidupan ini. Tapi jika ...

Merapikan Ruang Jiwa

Ada saat-saat ketika aku duduk sendirian, memandangi ruang dalam diriku yang terasa seperti rumah tua. Di sana, banyak hal yang pernah indah kini retak. Dinding-dindingnya penuh coretan luka, dan lantainya berserakan pecahan harapan yang tak pernah benar-benar pulih. Aku tahu, di rumah ini, kebahagiaan hanya datang sebentar. Ia seperti tamu yang mampir sejenak, lalu pergi tanpa pamit. Aku tak pernah benar-benar merasakannya tinggal lama. Tapi aku juga tahu, jika seseorang memutuskan untuk masuk ke sini, aku tidak ingin mereka terluka oleh kekacauan yang ada. Maka, aku mulai merapikan. Aku memunguti serpihan harapan yang berserakan, menyusunnya kembali meski bentuknya tak sempurna. Aku membersihkan dinding-dinding luka, mencoba melapisinya dengan lapisan baru berupa penerimaan. Aku membuka jendela, membiarkan cahaya masuk sedikit demi sedikit, meski rasanya sulit untuk terbiasa dengan terang setelah lama berada dalam gelap. Tiap sudut rumah ini mengingatkanku pada masa lalu yang ingin k...

Abadi dalam Tulisan

Aku selalu percaya bahwa cinta memiliki cara sendiri untuk tetap hidup, bahkan ketika orang yang kita cintai telah pergi. Dalam cintaku, kamu abadi. Kamu hidup dalam tulisanku—dalam setiap kata yang kutorehkan, dalam setiap halaman yang kuhiasi dengan kenangan tentangmu. Aku menulis tentang caramu tertawa, seperti embun pagi yang menyapa dengan lembut. Aku menulis tentang caramu menatap, seperti langit malam yang penuh bintang, diam tapi berbicara dalam diamnya. Dan aku menulis tentang caramu pergi, perlahan, tanpa suara, tapi meninggalkan jejak yang tak pernah hilang. Kadang, menulis tentangmu adalah caraku untuk bertahan. Saat dunia terasa terlalu sepi, aku menemukanmu lagi dalam kata-kata. Kamu tidak benar-benar pergi, kamu hanya berubah menjadi cerita yang selalu ingin kuceritakan. Aku tahu, mungkin ini hanya cara egoisku untuk memelukmu lebih lama. Tapi bukankah cinta memang seperti itu? Kita selalu mencari cara untuk menyimpan seseorang di hati kita, meskipun mereka tidak lagi di...

Jalan Cinta

Cinta, bagiku, selalu seperti sungai. Ia mengalir tanpa permisi, kadang deras, kadang tenang. Di awal, kita melompat ke dalamnya dengan penuh semangat, membiarkan arus membawa kita ke mana pun ia mau. Namun, tidak semua orang siap untuk perjalanan itu. Aku bertemu denganmu di satu tikungan sungai yang indah. Saat itu, kita sama-sama merasa bahwa kita adalah penumpang di perahu yang sama. Kamu tersenyum, dan aku merasa dunia berhenti sejenak. Rasanya nyaman, rasanya benar. Namun, seiring waktu, arus sungai mulai berubah. Ada jeram-jeram tajam yang membuat kita goyah. Kamu mulai merasa lelah, dan aku mencoba mendayung lebih keras, berpikir aku bisa menyelamatkan kita. Tapi semakin aku berusaha, semakin besar jarak yang tercipta di antara kita. "Cinta akan menemukan jalannya sendiri," katamu suatu hari. Aku tidak mengerti maksudmu waktu itu, tapi aku hanya mengangguk, berharap arus akan membawa kita kembali bersama. Tapi ternyata, cinta tidak selalu memilih jalan yang sama untuk...

Luka yang Kucintai

Ada sesuatu tentang kamu yang tidak pernah bisa kutemukan di orang lain—entah apa itu. Mungkin caramu tersenyum, yang selalu terasa seperti matahari di tengah hujan. Atau mungkin caramu berbicara, dengan suara yang menenangkan meskipun isinya kadang menyakitkan. Kamu meninggalkan aku dengan begitu banyak pertanyaan. Tapi anehnya, tidak ada amarah di sana. Aku mencoba mencari alasan untuk membencimu, tapi setiap kali mencoba, yang muncul hanya kenangan indah. Kamu adalah patah hati yang tidak pernah bisa kubenci. Bahkan saat aku tahu bahwa kamu pergi tanpa menoleh ke belakang, aku tetap memikirkanmu dengan rasa yang sama. Hangat, meskipun menyakitkan. Dan yang lebih aneh lagi, kamu adalah luka yang ingin kupeluk berulang kali. Meski aku tahu setiap pelukan hanya akan membuat lukaku semakin dalam, aku tetap ingin mendekat. Aku tetap ingin mengingat semuanya—setiap senyum, setiap tawa, bahkan setiap air mata yang pernah jatuh karenamu. Mungkin aku gila. Atau mungkin aku hanya manusia bias...