Jalan Cinta


Cinta, bagiku, selalu seperti sungai. Ia mengalir tanpa permisi, kadang deras, kadang tenang. Di awal, kita melompat ke dalamnya dengan penuh semangat, membiarkan arus membawa kita ke mana pun ia mau. Namun, tidak semua orang siap untuk perjalanan itu.

Aku bertemu denganmu di satu tikungan sungai yang indah. Saat itu, kita sama-sama merasa bahwa kita adalah penumpang di perahu yang sama. Kamu tersenyum, dan aku merasa dunia berhenti sejenak. Rasanya nyaman, rasanya benar.

Namun, seiring waktu, arus sungai mulai berubah. Ada jeram-jeram tajam yang membuat kita goyah. Kamu mulai merasa lelah, dan aku mencoba mendayung lebih keras, berpikir aku bisa menyelamatkan kita. Tapi semakin aku berusaha, semakin besar jarak yang tercipta di antara kita.

"Cinta akan menemukan jalannya sendiri," katamu suatu hari. Aku tidak mengerti maksudmu waktu itu, tapi aku hanya mengangguk, berharap arus akan membawa kita kembali bersama.

Tapi ternyata, cinta tidak selalu memilih jalan yang sama untuk dua orang. Kamu memutuskan untuk melompat keluar, membiarkan dirimu hanyut ke arah yang berbeda. Aku tetap di perahu, memegang dayung, tidak tahu harus ke mana.

Aku ingin marah, tapi pada siapa? Cinta? Kamu? Diriku sendiri?

Pada akhirnya, aku menyadari sesuatu: cinta memang memiliki jalannya sendiri, tapi aku juga memiliki pilihan. Aku bisa terus mendayung, mencari arah baru. Atau aku bisa menyerah dan membiarkan arus membawaku entah ke mana.

Aku memilih untuk bertahan. Bukan karena aku tidak mencintaimu, tapi karena aku menyadari bahwa perjalanan ini adalah milikku, bukan hanya milik kita.

Di tengah aliran sungai yang terus berubah, aku belajar bahwa bertahan bukan berarti melupakan, dan hanyut bukan berarti lemah. Cinta, seperti sungai, selalu akan mengalir, membawa kita ke tempat-tempat yang belum pernah kita bayangkan.

Dan meskipun kita tidak lagi berada di perahu yang sama, aku tahu satu hal: aku akan baik-baik saja. Karena cinta tidak hanya tentang bersama; cinta juga tentang menemukan diri kita sendiri di tengah perjalanan yang tak terduga.

Postingan populer dari blog ini

Haruskah Aku Mati Agar Dicintai Lagi?

Hujan yang Membawa Luka

Kembali Menulismu