‘’Mencintai bukan syarat untuk di cintai’’

 


Tersebutlah sebuah kisah tentang dua hati yang terjalin dalam kediaman yang penuh pertanyaan dan rasa. Sejak awal, segala hal terasa begitu sempurna, seperti dunia milik kami berdua. Namun, saat kata-kata itu akhirnya terucap, entah mengapa, ada sesuatu yang mengganjal, seakan-akan semua hal yang disimpan dalam hati akhirnya terungkap ke permukaan.

"Aku ingin membicarakan ini dari dulu," kata dia, mata yang biasa bersinar penuh kebahagiaan kini terlihat redup. Rasanya, semua yang terkumpul dalam dirinya ingin keluar, tapi entah kenapa dia tak bisa mengucapkannya lebih cepat. Dia menyesal, dan rasa itu membelit hatinya seperti tali yang tak bisa dilepaskan.

Aku, yang selalu menunggu kata-kata manis darinya, hanya bisa terdiam. Ada rasa yang tiba-tiba meresap di dadaku, pertanyaan demi pertanyaan yang sebelumnya tak pernah terucap, kini mulai mengalir begitu saja.

“Kenapa aku selalu bertanya-tanya? Rasanya sedikit yang aku tahu lebih baik,” ujarku dengan suara serak. Ada sedikit penyesalan di dalam diriku, namun juga ada kedamaian. Terasa seperti sebuah jalan panjang yang telah kulalui, penuh kebingungan, tapi juga pelajaran berharga.

Aku menatapnya dengan penuh cinta. Cinta yang tak pernah surut, meskipun tak selalu dipahami atau diterima. "Aku sangat mencintaimu dengan hebat," kataku, suaraku seperti gemerisik angin yang lembut, namun penuh dengan kedalaman. Namun, aku tahu, kadang mencintai seseorang tak selalu berarti cinta itu akan terbalas dengan cara yang sama.

“Namun aku sadar,” lanjutku, “mencintai juga bukan syarat untuk dicintai lagi olehmu.”

Dengan kata-kata itu, sebuah ketenangan mulai mengalir dalam hatiku. Terkadang, cinta datang dengan segala kerentanannya. Tapi mungkin, dengan menerima kenyataan bahwa cintaku tak lagi bisa diraih, aku akhirnya bisa menemukan kebebasan—untuk melepaskan dan merelakan, meskipun sangat sulit.

Itulah kisah cinta yang penuh dengan pergulatan perasaan, yang tak selalu berakhir bahagia, tetapi memberi pelajaran tentang bagaimana mencintai diri sendiri meski dalam kehilangan

Postingan populer dari blog ini

Haruskah Aku Mati Agar Dicintai Lagi?

Hujan yang Membawa Luka

Kembali Menulismu