Malang

 


Malam di Malang itu terasa seperti mimpi yang sulit dilupakan. Udara dingin menyelimuti kita, tapi hangat pelukanmu membuat segalanya terasa cukup. Aku terbangun dalam dekapmu, membiarkan diriku tenggelam dalam ketenangan yang hampir aku lupakan. Namun, di balik keindahan itu, ada sesuatu yang mengusik di dalam hatiku, pertanyaan yang terus menghantui: Akankah aku kehilanganmu lagi?

Aku memejamkan mata, berharap bisa mengusir perasaan itu. Tapi semakin aku mencoba, semakin kuat ia mencengkeramku. Di antara napasmu yang tenang, di antara detak jantungmu yang terasa begitu dekat, aku bertanya pada diriku sendiri, Apakah kita ini salah telah memulainya lagi?

Aku tahu, cinta ini tak sempurna. Aku tahu, ada luka yang belum benar-benar sembuh, ada bayangan dari masa lalu yang terus mengikuti kita. Tapi di saat yang sama, aku tak bisa membohongi diriku. Aku tetap mencintai kedua matamu, meskipun aku tahu tak ada lagi aku di dalamnya. Aku tetap mengagumi caramu melihat dunia, meski pandangan itu tak lagi tertuju padaku.

Air mata yang tak tertahan akhirnya jatuh, membasahi malam yang sudah berat dengan keheningan. Mereka jatuh di atas ketulusan yang kuberikan padamu, ketulusan yang tak pernah meminta balasan, hanya ingin tetap ada meskipun itu berarti harus berakhir dengan luka.

I killed me, pikirku. Aku membunuh harapan-harapan yang pernah ada, membunuh impian yang aku tahu tak akan pernah menjadi kenyataan. Tapi yang paling menyakitkan adalah membunuh diriku sendiri setiap kali aku membiarkan cinta ini tetap hidup, meskipun aku tahu cinta ini hanya satu sisi.

Namun, meskipun begitu, aku tetap memilih mencintaimu. Mungkin aku salah, mungkin aku bodoh, tapi mencintaimu adalah satu-satunya hal yang aku tahu bagaimana caranya. Dan meskipun rasa sakit ini seperti bayangan yang selalu mengikuti, aku tak bisa melepaskan. Pelukan di Malang itu, kenangan yang kita ukir kembali, meskipun sementara, adalah satu hal yang membuatku merasa hidup lagi, meskipun hanya untuk sesaat.

Aku hanya berharap, di suatu waktu, kau akan mengerti, bahwa cinta ini bukan soal siapa yang menang atau siapa yang kalah. Ini adalah tentang bagaimana aku memberimu bagian terbaik dari diriku, meskipun aku tahu kau tak lagi melihatnya. Dan dengan itu, aku belajar mencintai, meski cinta itu tak selalu kembali kepadaku.

 

Postingan populer dari blog ini

Haruskah Aku Mati Agar Dicintai Lagi?

Hujan yang Membawa Luka

Kembali Menulismu