Belajar Mencintaimu Tanpa Memilikimu
Sebelum aku memutuskan untuk kembali ke kehidupan ini,
aku berjuang mati-matian agar bisa berdiri sendiri. Aku tahu aku harus mandiri,
karena bergantung padamu bukan lagi pilihan. Tapi jujur, aku sangat merindukan
caramu memanjakanku. Caramu membuatku merasa seperti satu-satunya orang yang
penting bagimu di dunia ini.
Aku suka bagaimana kamu mencintaiku, bukan hanya
dengan kata-kata, tapi dengan setiap hela napasmu. Ada sesuatu yang magis dalam
caramu menatapku, dalam caramu berbicara kepadaku, seolah dunia di sekitarmu
berhenti hanya untukku. Aku menyukai semua waktu yang kita habiskan bersama,
semua pengalaman pertama yang pernah kau berikan—senyum pertama yang kurasakan
sepenuh hati, tawa yang murni, bahkan air mata yang mengajarkanku arti
kehilangan.
Tapi semua itu adalah kenangan, seperti bunga mawar
yang indah namun penuh duri. Setiap kali aku mencoba mengingatnya, aku terluka
oleh kenyataan bahwa aku tidak bisa lagi memilikimu. Itu semua salahku. Aku
tahu. Jika aku tidak membuat kesalahan-kesalahan itu, mungkin kita masih
bersama. Jika aku bisa lebih menghargaimu, mungkin aku tidak harus belajar
mencintaimu dari jauh.
Ada saat ketika aku hampir menyerah pada hidup, di
tahun ketika kamu pergi meninggalkanku. Namun, aku tidak mati. Aku bersyukur
aku tidak mati, karena meskipun menyakitkan, aku menyadari bahwa cintamu telah
mengajariku banyak hal. Kamu mengajarkanku mencintai dengan tulus, bahkan
ketika cinta itu tidak bisa lagi kumiliki.
Kini aku mencintaimu seperti seseorang memegang mawar
berduri—dengan hati-hati, dengan penuh rasa sakit, tapi tetap tidak bisa
melepaskannya. Aku mencintaimu dalam diam, mencintaimu dengan semua luka yang
kau tinggalkan, dan mencintaimu meskipun aku tahu kamu tidak akan pernah
kembali.
Aku hanya ingin kau tahu, bahwa di tengah segala
penyesalan ini, aku bersyukur pernah mengenalmu. Meski hanya sebentar, meski
tidak sempurna, cinta kita adalah sesuatu yang akan selalu aku simpan,
selamanya.